Posted by
SUCCESS
,
Add Comment
in
DEHIDRASI
on
Thursday 9 June 2016
A. Pengertiandan Klasifikasi
Berikutadalah beberapa pengertian tentang dehidrasi :
1. Dehidrasiadalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmaiatau beresiko mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler(Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).
2. Dehidrasiadalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyakdari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003).
3. Dehidrasiadalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan outputyang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs.Syaifuddin, 1992 : 3).
4. Dehidrasiadalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan airdalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303)
Berdasarkanpengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha dehidrasi adalahkekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atauhilang dari tubuh.
Klasifikasidehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis :
a. DehidrasiIsotonik
Dehidrasiisotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannyatetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECFberpindah ke ICF.
b. DehidrasiHipotonik
Dehidrasihipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangan cairan,sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurunmengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler juga menurunserta terjadi pembengkakan sel.
c. DehidrasiHipertonik
Dehidrasihipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini nonosmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.
B. Etiologi
Bermacam-macampenyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna D.Ignatavicus, 1991 : 253).
1. Dehidrasi
a. Perdarahan
b. Muntah
c. Diare
d. Hipersalivasi
e. Fistula
f. Ileustomy (pemotongan usus)
g. Diaporesis (keringat berlebihan)
h. Luka bakar
i. Puasa
j. Terapi hipotonik
k. Suction gastrointestinal (cuci lambung)
2. Dehidrasi hipotonik
a. Penyakit DM
b. Rehidrasi cairan berlebih
c. Mal nutrisi berat dan kronis
3. Dehidrasi hipertonik
a. Hiperventilasi
b. Diare air
c. Diabetes Insipedusà hormon ADH menurun
d. Rehidrasi cairan berlebihan
e. Disfagia
f. Gangguan rasa haus
g. Gangguan kesadaran
h. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.
C. Patofisiologi
Kekuranganvolume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik.Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melaluiginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yangjuda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, lukabakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan diadlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdantidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyakpada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangivolume sirkulasi darah efektif.
Perdarahan,muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na(30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas,bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkankekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapathilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metodeterbuka.
KehilanganNa dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaanyang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazidatau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorikjuga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuriapada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasuspemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapatterbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.
Apapunpenyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curahjantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkanpenurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahananperifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunantekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis danditeruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi responsimpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dankontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusijarignan yang normal.
Penurunanperfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensinmerangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsinatrium oleh ginjal.
Jikaterjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi danvasokonstriksi yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadipenahanan aliran darah yang menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit,sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.
D. ManifestasiKlinis
Berikutini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) :
1. Dehidrasiringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
a. Haus, gelisah
b. Denyut nadi90-110 x/menit, nafas normal
c. Turgor kulitnormal
d. Pengeluaranurine (1300 ml/hari)
e. Kesadaran baik
f. Denyut jantungmeningkat
2. Dehidrasisedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)
a. Haus meningkat
b. Nadi cepat danlemah
c. Turgor kulitkering, membran mukosa kering
d. Pengeluaranurien berkurang
e. Suhu tubuhmeningkat
3. Dehidrasi berat(kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a. Penurunankesadaran
b. Lemah, lesu
c. Takikardi
d. Mata cekung
e. Pengeluaranurine tidak ada
f. Hipotensi
g. Nadi cepat danhalus
h. Ekstremitasdingin
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaanpada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):
1. Obat-obatanAntiemetik
Untuk mengatasimuntah
2. Obat-obatananti diare
Pengeluaran fecesyang berlebihan dapat diberikan obat-obat anti diare serta dapat diberikanoralit.
3. Pemberian airminum
Pemberian airminum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbanganyang terjadi.
4. Pemberiancairan intravena
Pada kekurangancairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena. Larutan garamisotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadarnatrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelahpasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikanuntuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisametabolisme.
5. Pemberian boluscairan IV
Pemberian boluscairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah alirankemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.
F. PengkajianFokus
1. Demografi
Jenis kelamin : dehidrasi rentan terjadi pada wanita daripada pria.
Umur : sering terjadi pada usia diatas 65 tahun.
2. RiwayatKesehatan
a. Riwayatpenyakit dahulu
1) Fistula
2) Ileustomy
3) Suctiongastrointestinal
4) DM
5) Diabetesinsipedus
6) Perdarahan
b. Pemeliharaankesehatan
1) Diet rendahgaram
2) Pemasukancairan kurang terpenuhi
c. Pola cairan
Gejala : haus berkurang, cairan kurang
Tanda : BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula,membran mukosa mulut kering, lidah kotor.
d. Pemeriksaanfisik
1) Kesadaran : apatis-coma
2) Tekanan darahmenurun
- Nadi meningkat
- Pernafasancepat dan dalam
- Suhu meningkatpada waktu awal
3) BB meningkat
4) Turgor menurun
5) Membran mukosamulut kering
6) CVP menurun
e. Pemeriksaanpenunjang
Laboratorium
1) Urine
a) Osmolalilaskemih > 450 m osmol / kg
b) Natrium urine< 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
c) Natirum urine> 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)
d) OJ urinemeningkat
e) Jumlah urinemenurun (30-50 cc / jam)
2) Darah
a) Ht meningkat
b) Kadar protein serummeningkat
c) Na+ seruimnormal
d) Rasio buru /kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
e) Glukosa serum :normal / meningkat
f) Hb menurun.
H. KonsepKeperawatan
1. DiangosaKeperawatan
a. Defisit volumecairan berhubungan dengan output yang berlebihan intake yang kurang.
b. Resikopenurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah.
c. Resiko gangguanintegritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.
d. Intoleransiaktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Resikopenurunan COP berhubungan dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik.
2. FokusIntervensi dan Rasional
a. Defisit volumecairan berhubungan dengan output yang berlebihan intake yang kurang (Doenges,1999)
Tujuan : Volumecairan adekuat sehingga kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankankeseimbangan cairan
2) Tanda vital (N= 80 100 x/menit, S = 36-37oC
3) Capillaryrefill < 3 detik
4) Akral hangat
5) Urine output1-2 cc/kg BB/jam
Intervensi:
1) Awasi tandavital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor
Rasional : Indikatorkeadekuatan volume sirkulasi, hipotensi data terjadi dengan resiko cederasetelah perubahan posisi.
2) Awasi jumlahdan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat.
Rasional : Pasientidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganticairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
3) Diskusikanstrategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif / diuratik
Rasional : Membantupasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan / atau penggunaan laksatif /deuratik mencegah kehilangan lebih lanjut.
4) Identifikasirencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan optimal. Misal: jadwal masukan cairan.
Rasional : Melibatkanpasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
5) Kaji hasil tesfungsi elektrolit / ginjal
Rasional : Perpindahancairan / elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhipenyembuhan.
6) Berikan / awasipemberian cairan IV
Rasional : Tindakandarurat untuk memperbaiki ketidak-seimbangan cairan.
7) Tambahankalium, oral atau N sesuai indikasi
Rasional : Dapatmencegah disritmia jantung.
b. Resikopenurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah.
Tujuan : Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan.
Kriteria hasil :
1) Tanda-tandavital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat.
2) Kulit hangat
3) Nadi periferteraba
4) Keluaran urineadekuat 0,5 1,5 cc / kg / BB
5) CRT < 2detik.
6) Kesadarancomposmentis
7) Tidak ada nyeridada
Intervensi:
1) Selidikiperubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.
Rasional : Perubahan dapatmenunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan daraharterial.
2) Selidikikeluhan nyeri dada, catat lokasi, kualitas, lamanya dan apa yang menghilangkannyeri.
Rasional : Dapat menunjukkaniskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi.
3) Auskultasi nadiapikal, awasi kecepatan jantung / irama.
Rasional : Perubahan disritmiadan iskemi dapat terjadi sebagai akiabt hipotensi, hipoksia, ketiseimbanganelektrolit atau pendinginan dekat area jantung bila lavase air dingin digunakanuntuk mengontrol perdarahan.
4) Kaji kulitterhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi periferlemah lemah.
Rasional : Vasokontriksi adalahrespon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan / atau terjadi sebagaiefek samping pemberian vasopresin.
5) Catat haluranurine dan BJ
Rasional : Penurunan perfusiginjal dimanifestasikan sistemik dapat menyebabkan iskemia/gagal denganpenurunan keluaran urine.
6) Observasi kulitpucat, kemerahan, pijat dengan minyak, ubah posisi dengan sering.
Rasional : Gangguan padasirkulasi perifer meningkatkan resiko kerusakan kulit.
7) Awasi nadioksimetri
Rasional : Mengindentifikasihipoksemia, kefektifan / kebutuhan untuk terapi.
8) Berikan cairanIV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan volumesirkulasi dan perfusi. Penggunaan RL di kontraindikasikan pada adanya gagalhati karena metabolisme laktat terganggu.
c. Resiko gangguanintegritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.
Tujuan : Mengindentifikasidan mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Kriteria hasil :
1) Turgor kulitbaik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan.
Intervensi:
1) Observasikemerahan, pucat.
Rasional : Area ini meningkatresikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
2) Dorong manditiap 2 hari 1 x
Rasional : Sering mandi membuatkulit kering.
3) Gunakan krimkulit 2 x sehari
Rasional : Melicinkan sirkulasipada kulit, meningkatkan tonus kulit.
4) Diskusikanpentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankan aktifitas.
Rasional : Meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringa.
5) Tekankanpentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.
Rasional : Perbaikan nutrisi danhidrasi akan memperbaiki kondisi klien.
d. Intoleransiaktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Pasiendiharapkan mampu meningkatkan toleransi aktifitas.
Kriteria hasil :
1) Peningkatankekuatan otot berhubungan dengan tidak diaporesis.
Intervensi:
1) Tingkatkantirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang.
Rasional : Meningkatkan istirahatdan ketenganan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2) Lakukan tugasdengan cepat dan sesuai indikasi
Rasional : Memungkinkan periodetambahan istirahat tanpa gangguan.
3) Tingkatkanaktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif /aktif.
Rasional : Tirah baring lamadapat menurunkan kemampuan.
4) Periksa tandavital sebelum dan segera aktifitas khususnya penggunaan diuren.
Rasional : Hipotensi ortostatikdapat terjadi dengan aktifitas.
5) Kaji ulangtanda / gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktifitas ataumemerlukan pelaporan pada perawat / dokter.
Rasional : Palpitasi nadi takteratur dapat mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.
e. Resikopenurunan COP berhubungan dengan penurunan vaskuler sistemik.
Tujuan : Mempertahankancurah jantung.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada bunyijantung tambahan, tidak ada perubahan EKG.
Intervensi:
1) Auskultasibunyi jantung dan paru
Rasional : Takipnea, frekuensijantugn tak teratur menunjukkan GGK.
2) Evaluasi bunyijantung, TD, nadi perifer, pengisian kapiler, suhu.
Rasional : Hipotensi tiba-tiba,nadi paradoksik, penyempitan tekanan nadi, penurunan nadi perifer, pucat,penyimpangan mental cepat menunjukkan tamponade, yang merupakan kedaruratanmedik.
3) Kaji tingkataktifitas, respon terhadap aktifitas
Rasional : Kelelahan dapatmenyertai anemia.
4) Awasipemeriksaan lab, contoh : eletkrolit (kalium, natrium, kalsium, magnesium).
Rasional : Ketidakseimbagnandapat mengganggu kondisi elektrikal dan fx jantung.
5) Catat warnakulit dan kualitas nadi
Rasional : Sirkulasi perifermenurun bila curah jantung menurun membuat kulit pucat dan menurunnya kekuatannadi perifer.